Publik kali ini kembali menyoroti sebuah pengakuan Blak-blakan yang di sampaikan oleh artis cantik Yuni Shara dalam podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier. Dalam obrolan yang penuh keterusterangan itu, penyanyi senior tanah air ini secara blak-blakan mengungkapkan pengalaman pribadinya seputar kehidupan seksual dan trauma yang ia alami di masa lalu.
Pengalaman Pernikahan yang Meninggalkan Luka
Dalam pengakuannya, Yuni Shara mengungkapkan bahwa pernikahan pertamanya dengan Raymond Manthey hanya berlangsung empat bulan. Meski singkat, pernikahan tersebut menyisakan luka yang mendalam dalam hidupnya. Yuni mengungkapkan bahwa ia pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang di lakukan suaminya dan berlangsung hampir setiap hari selama pernikahan tersebut.
Trauma akibat kekerasan itu ternyata tidak berhenti hanya pada luka fisik atau emosional, tetapi juga memengaruhi kehidupan seksualnya. Ia mengungkapkan bahwa sejak itu, ia kesulitan menikmati hubungan intim. Bahkan, selama berada dalam hubungan dengan pria lain setelahnya, ia tidak pernah benar-benar merasakan kenikmatan seksual sebagaimana mestinya.
Pengakuan yang Blak-blakan dari Yuni Shara bahwa Tak Pernah Orgasme dengan Pasangan
Salah satu pengakuan Blak-blakan paling mengejutkan dari Yuni Shara adalah soal orgasme. Ia secara Blak blakan menyampaikan bahwa selama berhubungan dengan pasangan, belum pernah merasakan yang namanya orgasme. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia harus berpura-pura menikmati hubungan tersebut agar tidak menyinggung perasaan pasangan.
“Saya nggak pernah orgasme kalau sama laki-laki,” ucap Yuni dengan nada serius. Ia juga menambahkan bahwa sudah mencoba berbagai cara, termasuk berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi masalah ini. Namun, hasilnya tetap sama: ia tidak mendapatkan kepuasan seksual yang di harapkan dari hubungan dengan pasangan pria.
Yuni Shara Blak-blakan Mengakui Temukan Kepuasan Melalui ‘Main’ Sendiri
Setelah lama menjanda dan mencoba memahami dirinya sendiri, Yuni Shara akhirnya menemukan solusi yang tidak di sangka-sangka: ia lebih menikmati saat memuaskan diri sendiri. Lewat bantuan alat bantu seks (sex toys), ia mengaku untuk pertama kalinya bisa merasakan orgasme. Hal ini menjadi titik balik dalam hidupnya karena membuatnya merasa lebih utuh sebagai seorang perempuan.
“Baru ngerasain (orgasme) ketika saya sendiri,” kata Yuni tanpa ragu. Pengakuannya ini membuat banyak orang tercengang, namun juga mendapat dukungan dari sebagian besar warganet karena di anggap berani dan jujur. Yuni pun berharap keterbukaannya ini bisa membantu perempuan lain yang mengalami hal serupa untuk memahami bahwa apa yang mereka rasakan bukanlah hal yang memalukan.
Respons Publik dan Dukungan Netizen
Reaksi publik terhadap pernyataan Yuni Shara cukup beragam. Ada yang menyambutnya dengan kagum karena keberaniannya bersuara, namun tidak sedikit pula yang mengkritik karena menganggap topik tersebut terlalu pribadi untuk dibagikan ke ruang publik. Namun bagi Yuni, berbagi adalah bagian dari proses penyembuhan dan pemberdayaan.
“Aku cuma ingin bilang kalau perempuan juga punya hak atas tubuh dan kenikmatannya sendiri,” ucap Yuni dalam podcast tersebut. Dengan penuh keberanian, ia mencoba melawan stigma bahwa perempuan tidak boleh terbuka tentang seksualitasnya.
Tak hanya itu, banyak psikolog dan aktivis perempuan juga memuji langkah Yuni. Mereka menilai bahwa keterbukaan semacam ini dapat menjadi awal mula diskusi sehat mengenai seksualitas, trauma, dan pemulihan yang selama ini di anggap tabu di masyarakat Indonesia.
Baca Juga : Djihan Ranti: Mempersembahkan Seni Melalui Karya Memukau
Penutup: Pesan untuk Perempuan Indonesia
Pengakuan Yuni Shara membawa angin segar bagi diskursus publik tentang seksualitas perempuan. Ia membuktikan bahwa pengalaman pahit masa lalu tidak harus membelenggu masa depan. Dengan lebih mengenal diri sendiri dan menerima luka, maka seseorang akan bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat lagi kedepannya.
Yuni tidak hanya di kenal sebagai penyanyi bersuara merdu, tetapi kini juga sebagai sosok yang berani mengangkat isu sensitif dan menyuarakan pengalaman perempuan. Melalui keterusterangan dan keberaniannya, Yuni berharap perempuan Indonesia bisa lebih mencintai dirinya sendiri dan tidak merasa bersalah atas kebutuhan dan keinginan mereka, termasuk dalam hal seksual.
“Jangan takut mengenal tubuh sendiri. Jangan merasa berdosa hanya karena ingin bahagia,” tutur Yuni menutup pembicaraan dengan penuh makna.